Perencanaan Pendidikan Berbasis Data Wujudkan “No Left Child Behind”

oleh

Pukul 16.00 di sebuah hotel di tepi pantai tipo, tepatnya Amazing Hotel & Resort, Training Of Trainer Perencanaan Pendidikan Berbasis data dimulai. Dihadiri oleh lebih kurang 24 peserta yang berasal dari 3 kabupaten kota di wilayah Sulawesi Tengah: Palu, Sigi dan Donggala (PASIGALA) yang merupakan kabupaten/kota wilayah intervensi program Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat.

Catatan : Uut Fauzan GK (21/11/2020)

Palu, Inisulbar.com — Sistem Perencanaan Pembangunan Berbasis Masyarakat atau lebih dikenal dengan akronim SIPBM, merupakan sebuah pendekatan tentang bagaimana data dikumpulkan, data diolah, kemudian data dimanfaatkan.

SIPBM merupakan model pendekatan
yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Karampuang dalam rangka mendorong setiap daerah di Indonesia untuk lebih memberikan perhatian bagi pentingnya ketersediaan data serta bagaimana memanfaatkan atau menggunakan data dalam perencanaan pembangunan.

Saat ini SIPBM telah menjadi aplikasi resmi Kementerian Desa dan dituangkan dalam Peraturan Menteri Desa, bahwa SIPBM sebagai model pendataan yang dianjurkan untuk digunakan oleh desa sebagai dasar dalam perencanaan pembangunan desa.

Kegiatan Perencanaan Pendidikan Berbasis Data ini dilaksanakan dalam upaya mendorong Desa dan Kelurahan agar “melek” data serta memahami, bahwa, dengan data yang baik kita dapat melahirkan perencanaan yang baik pula. Data yang dimaksud di sini adalah data penduduk atau data setiap kepala keluarga “by name by addres “yang secara detail memuat hampir semua indikator kebutuhan data dalam pembangunan juga peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Disadari atau tidak selama ini data seringkali dianggap sebagai entitas yang tidak penting dalam perencanaan. Data seringkali tidak tersedia. Kalaupun ada biasanya hanya data makro yang berisi presentase tanpa nilai absolut, apalagi detail “by name by addres”, sehingga perencanaan pembangunan tidak didasarkan pada analisis kebutuhan yang tepat, tetapi lebih disandarkan pada keinginan dan harapan.

Sehingga melahirkan program dan kegiatan tidak tepat sasaran dan tidak menjadi solusi bagi penyelesaian akar permasalahan. Kondisi ini mengakibatkan kita secara terus menerus terjebak dalam situasi dan proses yang berulang. Kita hanya menyelesaikan akibat yang nampak atau gejala yang dapat diindera sementara causa prima-nya (sebab utama) tak pernah sama sekali tersentuh.

Perencanaan Pendidikan Berbasis Data hadir sejatinya sebagai upaya untuk mengubah data menjadi aksi nyata supaya mimpi “no left child behind” atau “tak ada lagi anak yang tidak sekolah” dapat mewujud bagi desa, kota, negeri dan dunia.(*)