MAMUJU, INISULBAR.COM,- Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Berdasarkan data Global TB Report 2024, Indonesia menempati peringkat kedua dunia setelah India, dengan estimasi 1.090.000 kasus TBC yang berpotensi menjadi sumber penularan aktif di masyarakat.
Sebagai langkah nyata menuju eliminasi TBC tahun 2030, Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat melalui Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat terus memperkuat upaya penemuan kasus aktif melalui kegiatan skrining TBC pada populasi khusus, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Sulbar.
Kegiatan ini menyasar kelompok masyarakat berisiko tinggi seperti penghuni lembaga pemasyarakatan/rutan, pesantren dan sekolah berasrama, serta kelompok dengan penyakit penyerta seperti HIV/AIDS dan diabetes melitus.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, dr. Hj. Nursyamsi Rahim, menyampaikan bahwa pelaksanaan skrining TBC di populasi khusus merupakan bagian penting dari strategi nasional Public Private Mix (PPM) dan Active Case Finding (ACF).
“Penemuan kasus TBC secara dini sangat menentukan keberhasilan pengendalian penyakit ini. Melalui skrining aktif di kelompok berisiko tinggi, kita ingin memastikan setiap kasus dapat ditemukan, diobati, dan disembuhkan — sehingga rantai penularan bisa segera diputus,” ujar dr. Nursyamsi Rahim.
Ia juga menegaskan bahwa upaya ini sejalan dengan Panca Daya ke-3 Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, yakni Membangun Sumber Daya Manusia yang Unggul dan Berkarakter, sebagaimana digagas oleh Gubernur Suhardi Duka dan Wakil Gubernur Salim S. Mengga.
Dalam kegiatan ini, tim kesehatan melakukan sejumlah langkah strategis, antara lain:
• Melaksanakan skrining aktif pada populasi dengan risiko tinggi penularan TBC.
• Melakukan deteksi dini terhadap individu yang menunjukkan gejala atau memiliki riwayat kontak dengan penderita TBC.
• Melanjutkan pemeriksaan dengan tes dahak bagi peserta skrining yang terindikasi positif.
• Menghasilkan data dan laporan hasil skrining sebagai dasar evaluasi dan perencanaan program penanggulangan TBC di Sulawesi Barat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sulbar, dr. Indahwati Nursyamsi, menambahkan bahwa pelibatan lintas sektor, termasuk lembaga pemasyarakatan dan sekolah berasrama, menjadi kunci dalam memperluas jangkauan deteksi kasus.
“TBC bukan hanya isu kesehatan, tapi juga persoalan sosial yang butuh kolaborasi. Kami ingin memastikan bahwa tidak ada satu pun kelompok masyarakat yang terlewat dari layanan skrining dan pengobatan,” ujarnya.
Melalui program ini, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat menegaskan komitmennya untuk mempercepat eliminasi TBC dan memastikan masyarakat hidup sehat, produktif, dan bebas dari ancaman penyakit menular. (*)