(Taman Baca Masyarakat) Semangat Edukatif Ditengah Pandemi Covid-19

oleh

Malam itu tampak lengang, sama seperti malam-malam biasanya di tahun ini. Pandemi Covid-19 mengubah segalanya, utamanya aktifitas masyarakat yang semula banyak beraktifitas diluar rumah kini memilih untuk menghabiskan sebahagian besar waktu dirumah

Mamuju, Inisulbar.com — Haryo, salah seorang mahasiswa semester 5 di salahsatu perguruan tinggi swasta yang ada di Mamuju tampak mencari-cari buku yang berjejer rapi disebuah taman baca masyarakat (TBM) yang terletak di jalan Pababari no.18 Mamuju. Perpustakaan Teras Aksara nama TBM itu.

Ia menelusuri satu persatu judul buku yang menjadi koleksi dari TBM itu. Terlihat beberapa kali ia berhenti disalah satu judul buku, lalu membaca sekilas kemudian menyimpannya dan melanjutkan pencariannya lagi. beberapa kali hal itu dilakukannya hingga ia memutuskan untuk mengambil sebuah buku lalu membawanya ke meja yang telah dipersiapkan sebagai fasilitas untuk membaca.

Kebijakan pemerintah melalui kementerian pendidikan maupun perguruan tinggi terkait pembatasan sosial untuk menekan penyebaran virus Covid-19 dengan meniadakan pembelajaran tatap muka yang diganti dengan pembelajaran virtual membuat proses pembelajaran tidak efektif.

Hal ini lantaran transfer dan transformasi keilmuan pendidik/pengajar kepada murid tidak berjalan secara maksimal. Siswa yang mengikuti proses pembelajaran pun terkadang jenuh dan mengganti siaran pembelajaran virtual dengan media sosial sehingga ilmu pun tak terserap dengan baik.

Keberadaan taman baca masyarakat menjadi suatu wahana dan media alternatif siswa untuk mendapatkan informasi dan bahan bacaan menarik maupun yang edukatif. Meski ditengah kecepatan arus informasi secara daring, taman baca masyarakatpun tetap eksis dikunjungi maayarakat

Seperti halnya taman baca milik komunitas pegiat literasi Teras Aksara Mamuju. Berdiri sejak 2016 silam, perpustakaan ini memiliki ratusan koleksi buku yang didapatkan dari donatur maupun koleksi pribadi milik anggota komunitas yang sengaja dijajakan di perpustakaan untuk dapat dinikmati oleh masyarakat yang kebetulan berkunjung ke perpustakaan tersebut.

Perpustakaan teras aksara pun tetap eksis meski kebijakan social distancing pun diberlakukan oleh pemerintah daerah beberapa bulan lalu dengan melayani peminjaman buku secara daring maupun dengan protokol kesehatan.

Ketua komunitas Teras Aksara, Abdi saat ditemui menjelaskan, keberadaa perpustakaan teras aksara sebagai taman baca masyarakat di Mamuju menjadi suatu hal yang disambut positif terlebih ditengah situasi Covid -19 ini.

“Alhamdulillah setelah pemberlakuan kebijakan pelonggaran pembatasan sosial atau yang disebut era newnormal ini banyak masyarakat yang kembali datang berkunjung ke perpustakaan kami, terlebih dari kalangan mahasiswa dan pelajar SMA,” tuturnya

Terlebih dengan kebijakan pemerintah pusat mengadakan kembali sekolah tatap muka, masyarakat Mamuju utamanya mahasiswa dan pelajar pun mulai mempersiapkan diri salah satunya dengan mencari referensi bacaan saat proses perkuliahan dan sekolah nanti.

“Banyak yang datang karena mereka merasa jenuh dengan sumber bacaan yang tersedia di smartphone, sehingga banyak mencari alternatif bacaan di Buku-buku yang kami miliki terlebih saat ini teman-teman mahasiswa dan pelajar tengah mempersiapkan diri untuk meyambut sekolah tatap muka dan ini penting agar kondisi saat kembali belajar secara tatap muka bisa segera menyesuaikan,” Ungkapnya.

Teras Aksara sebagai organisasi pegiat literasi yang beraktifitas mengajak orang-orang khususnya generasi muda untuk menyukai membaca, Aktifitas yang kini kurang diminati oleh masyarakat.

Padahal, membaca merupakan suatu aktifitas yang dapat meningkatkan potensi diri dan memperluas pengetahuan yang belum didapatkan dari pengalaman langsung. “Makin aku banyak membaca, makin aku banyak berpikir; makin aku banyak belajar, makin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun.” – kata Voltaire, salah seorang penulis dan filsuf Prancis yang paling berpengaruh di abad ke-18. Karya-karya dan pemikirannya merupakan cikal bakal lahirnya reformasi keadilan di Prancis dan Eropa.

Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!. Riset yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked, dilakukan oleh Central Connecticut State University, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Salah satu penyebab rendahnya minat dan kebiasaan membaca itu karena kurangnya akses, terutama untuk masyarakat Indonesia yang berada di daerah terpencil. Hal itu merupakan salah satu yang terungkap dari Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengungkapkan, anak yang berada di Indonesia timur menghadapi tantangan multisektoral, salah satunya karena kesenjangan pendidikan dan kemampuan dasar. Keterbatasan itulah yang membuat 4 dari 34 provinsi di Indonesia, terutama di Indonesia timur memiliki tingkat literasi terendah, yakni Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat.

Namun, sebagai Pegiat Literasi, Ia melihat bahwa minat baca masyarakat yang saya kunjungi saat melakukan kampanye literasi yang bertajuk “Ayo Baca Buku” cukup tinggi, tapi itu potensi yang belum mewujud jadi perilaku, kebiasaan, dan budaya. Salah satu kendalanya ialah masih minimnya akses bahan bacaan oleh masyarakat.

Salah satu upaya Komunitas pegiat literasi teras Aksara ialah membangun taman baca masyarakat yang juga menjadi sekretariat Teras Aksara yang terletak di jalan Pababari Mamuju menjadi satu dengan Kafe Teras Mamuju. Konsep taman baca atau perpustakaan yang bergabung dengan Kafe merupakan gagasan ketua komunitas Teras Aksara dalam memasifkan kampanye “Ayo Baca Buku”

Komunitas Teras Aksara sejak berdirinya turut andil dalam berbagai kegiatan, seperti panggung sastra, diskusi, bedah buku bahkan aktif dalam kegiatan-kegiatan kampanye literasi baik yang diadakan secara mandiri maupun bergandeng dengan komunitas lain juga pula bergandengan dengan institusi pemerintahan seperti dinas perpustakaan dan kearsipan kabupaten Mamuju.

Upaya yang ditempuh untuk membangun generasi muda melalui Gerakan Literasi tidak hanya cukup dengan kegiatan sosial kemasyarakatan yang mencakup giat komunitas literasi tapi juga perlu upaya lain yang lebih persuasif guna menarik perhatian publik akan pentingnya membaca buku serta menarik perhatian pemerintah daerah maupun stakeholder terkait akan pentingnya menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang aktifitas masyarakat yang ingin membaca buku.