Oleh : Sarinah Mhisba (Bendahara DPD GmnI Sul-Bar)
Sejak akhir 2022, hingga menjelang memasuki pertengahan 2023 ini, pemberitaan terkait Sulbar hampir menjadi headline news di beberapa media. Bahkan nyaris diliput beberapa media nasional, terkait pemberitaan stunting yang berada di angka ke-2 tertinggi, yaitu 33,8% atau 479.679 jumlah anak di Sulbar alami Stunting (Data versi BKKBN). Memilukan sekaligus memalukan tentunya bagi Provinsi yang secara sumber daya alam tak kekurangan, namun penduduknya mengalami angka stunting yang tidak sedikit.
Sebagai seorang Ibu dari dua orang anak, rasanya sangat prihatin dan bikin shock. Sambil meraba dunia sekitar, kulihat anak perempuanku yang kini usianya 21 bulan, dan anak bungsuku menjelang 3 bulan. Kesadaran diripun muncul, bahwa memang peran seorang Ibu sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Menjadi seorang Ibu, tak cukup mengandalkan naluri keibuan saja, tentu membutuhkan pendidikan terkait hal parenting tumbuh kembang anak. Belum lagi bagi Ibu-Ibu yang mau tak mau, harus merangkap sebagai Ibu sekaligus sebagai orang tua anak yang mencari nafkah, tentu membagi waktunya cukup melelahkan.
- Program Pemerintah Turun Temurun, Tidak Inovatif & Belum Cukup
Salah satu program pemerintah yang sudah puluhan tahun berjalan yaitu program “Posyandu/Imunasasi Gratis, dan pemberian buku Panduan (Buku KIA), patut kita syukuri sebagai Ibu dan warga negara Indonesia. Namun sebagai warga negara, kita juga punya hak mengkritik dan memberi solusi kepada pemerintah yang menangani hal tersebut.
Saya kira kita semua mengetahui bahwa mayoritas Ibu di daerah yang kita cintai ini, tak akan pernah cukup dan berdampak signifikan jika hanya mengandalkan, penyuluhan di posyandu, melalui buku KIA, dan atau Ibu-Ibu juga sering menyebut dengan sebutan Buku Pink.
Ibu-ibu yang membaca tulisan ini mungkin juga mengalami, bahwa buku tersebut jarang dibacanya, hanya sekedar membawa buku tersebut saat jadwal imunisasi, karna kebutuhan mengisi list pertumbuhan berat anak. Dan saya kira situasi seperti sekarang ini bukan waktunya untuk mendebatkan hal tersebut, karna kini waktunya mencari solusi, dan kita semua bisa mengambil peran terkait kemampuan kita masing-masing.
Selain itu, program posyandu/imunisasi kini meski ditambah item kegiatannya. Tak hanya sekedar mengukur berat, mengukur tinggi badan, pemberian vitamin dan suntik vaksinasi anak. Lebih dari itu, misalnya pemberian makanan bergizi kepada anak dan Ibu hamil / menyusui, juga sangat penting. Selain menambah gizi Ibu dan anak, juga sekaligus terjadi proses edukasi, terkait contoh makanan yang kandungannya baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Memang telah diberikan cemilan bergizi, seperti biskuit anak dan Ibu, namun itu tidak mengedukasi dan bisa jadi itu adalah kepentingan produsen biskuit tertentu. Sementara yang kita butuhkan adalah, pemberian makanan, sekaligus edukasi contoh makanan bergizi dan penjelasannya kepada Ibu hamil / menyusui dan anak.
- Ketika Ibu-Ibu Gotong Royong Melawan Stunting
Begitu banyak modal infra struktur cultural kita di Indonesia, khususnya di daerah Sulawesi Barat ini. Sebut seja tradisi Ibu-Ibu PKK, Ibu Majelis Ta’lim, dan begitu banyak kelompok Ormas Ibu-Ibu yang kepengurusannya sebegitu rapinya hingga ke tingkat Kecamatan dan Desa. Apalagi sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa hampir tiap tahun PKK dapat anggaran dari pemerintah, namun programnya juga tidak jelas dampaknya bagi masyarakat.
Artinya bisa dibayangkan jika seluruh tokoh-tokoh kelompok Ibu-Ibu tersebut bergerak untuk memberikan pendidikan dan sosialisasi, terkait angka stunting yang tinggi, agar kita perangi bersama melalui pola hidup dan pembekalan mengenai kebutuhan gizi yang baik.
Pemerintah dalam hal ini Instansi terkait perlu menjabarkan programnya sedetail mungkin, dan setepat mungkin menyasar Ibu-ibu, jangan hanya sekedar program, yang terlihat keren dan kekinian namun tidak berdampak, karena tidak adanya kesesuaian antara fakta lokal Sulbar dan konsep program yang dicanangkan, apalagi jika program dijadikan hanya sebagai program untuk menyerap anggaran, demi kebutuhan LPJ Instansi.
Mari bergotong royong melawan stunting, setiap kita bisa mengambil peran. Kita boleh mengkritik pemerintah, agar kebiajakannya memberi dampak, tapi juga sangat penting untuk kita semua sebagai warga negara, khususnya warga Sulawesi Barat, untuk terlibat mengambil peran. Mari melihat llingkungan disekitar kita, dimulai dari keluarga, kompleks sekitar kita, hingga lebih besar yaitu skala Sulawesi Barat, dan Indonesia secara uneversal. Hal demikian adalah suatu langkah-langkah kecil untuk membangun generasi emas Indonesia 2045 sebagaimana cita-cita nasional kita sebagai negara-bangsa.
(*)