Zikir dalam penanganan pasien jiwa

oleh

Mamuju,IS-Bertempat digazebo pelataran UPT Labkesda Sulsel kota Makassar Rabu(6/9/2023) telah berlangsung diskusi yang bertajuk caffee break lintas profesi dan komunitas.

Hadir pada acara tersebut ustadz Amir Jaya,S.Pd presiden Forum sastrawan Indonesia Timur yang juga seorang Mursyid Tareqah Naksyabandiyah Khalidiyah.Anwar syamsudin wartawan senior Intiberita,Ir.Nurwan,M.Si pimpred mitra media,Taufan wibowo dosen Akper,Asmira viska manager Berita Antara,Irfan Akbar,S.Psi mantan pegawai dan psikolog RS.Dadi Makassar.

Dari diskusi yang dikemas dalam bincang lepas dan santai itu terungkap bahwa pada saat ini Rumah sakit jiwa diberbagai daerah diIndonesia sarana dan prasarananya perlu mendapat perhatian yang lebih serius dari pemerintah pusat maupun daerah.

Lebih jauh peserta diskusi sepakat,terlepas dari pentingnya sarana dan prasarana tersebut yang sangat mendesak untuk sesegera mungkin dilakukan yakni penanganan pasien Rumah Sakit jiwa yang harusnya lebih menyeluruh.

Pada kesempatan itu Irfan yang mantan psikolog diRS.Dadi Makassar mengungkapkan bahwa saat ini hampir seluruh pasien penanganannya hanya mengandalkan obat.Lebih jauh dikatakannya bagaimana mungkin jiwa yang bermasalah hanya diselesaikan dengan pendekatan Farmakologi.”Jadi secara harfiah, farmakologi dapat ditafsirkan sebagai suatu ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologis tubuh manusia atau hewan”. Ungkapnya.

Ketika ditanyakan penanganan pasien jiwa dari sudut pandang ilmu,diterangkannya Psikologi adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui prosedur ilmiah. Seseorang yang melakukan praktik psikologis disebut sebagai psikolog.

Menurut Irfan yang kini pegawai pada Upt Labkesda,pasien jiwa artinya jiwa pasien yang bermasalah.Bukan jasadnya atau tubuhnya.Sementara efek obat yang diberikan kepada pasien jiwa hanya bersifat menenangkan otak dan saraf pasien.Bukan jiwanya.

“inilah perlunya pasien juga ditangani dengan pendekatan agama,methode zikir dan sholat jangan tubuhnya semata” ungkapnya berharap.Lebih jauh diharapnya agar Rumah Sakit jiwa perlu mempertimbangkan kembali penanganan pasien yang selama ini hanya mengandalkan obat kepada pasien jiwa.”pasien jiwa bukan hanya pendekatan farmakology dan psikology,perlu juga pendekatan ESQ dan agama”.Karena faktanya pasien lebih cepat sembuh yang kemasjid dan zikir” ungkap Irfan menutup uraiannya.
(Accung)