Mamasa, Inisulbar.com,- Diberitakan sebelumnya siswi di salah satu SMPN Kabupaten Mamasa melakukan pemukulan dan pengeroyokan terhadap temannya sendiri, viral di media sosial.
Setelah dikonfirmasi kepada pihak yang bersangkutan yakni pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Mamasa, bahkan telah dilakukan perdamaian secara kekeluargaan.
Kejadian yang terjadi pada hari Jumat 22 Maret 2024 ini dilakukan oleh delapan siswi mengeroyok satu rekannya dalam perjalanan pulang sekolah. Beredar video pengeroyokan di media sosial seperti di grup Whatssapp dan fecebook.
Beredarnya video tersebut mendapat tanggapan dari berbagai pihak termasuk Dinas Pendidikan sendiri.
Saat dikonfirmasi pada senin 25 Maret 2024,pihak sekolah melalui Kepala Sekolah Tombi, Spd mengatakan bahwa kesembilan siswi tersebut sudah dilakukan perdamaian, orang tua masing-masing siswi sudah dipanggil dan termasuk kesembilan siswi tersebut didampingi oleh Babinsa, Babinkamtibmas, dan juga Unit PPA Polres Mamasa.
“Saya kira ini adalah kejadian yang kita tidak inginkan dan telah dilakukan pertemuan untuk perdamaian”.ujar singkat Kepala Sekolah.
Pihak sekolah mengatakan tujuan dari pertemuan ini yakni orangtua siswi, guru dan murid tidak lain adalah untuk mendamaikan persoalan tersebut.
Orangtua siswi yang dikeroyok juga menyampaikan dalam pertemuan bahwa sudah tidak ada lagi masalah, sudah dilakukan perdamaian dan mengapresiasi kepada pihak sekolah yang telah melakukan upaya perdamaian tersebut.
“Kami berharap mereka tidak mengulangi kejadian ini,namun bersyukur karena sudah di damaikan secara kekeluargaan, karena mereka terperangkap sendiri, mereka bawa Hp dan mereka video sendiri,” ujar ayah korban pengeroyokan saat pertemuan perdamaian.
Kepala Dinas Pendidikan Rusli, Spd mengatakan harapan yang sama yakni tidak terulang lagi.
Kepala Dinas juga mengatakan bahwa di dunia remaja dan dunia pendidikan sering terjadi.
“Kita sudah lihat di media dan televisi sudah sering terjadi di seluruh Indonesia” Ujar Kepala Dinas Pendidikan.
Ia juga menambahkan bahwa Edukasi dan bekal untuk guru selalu disampaikan namun di usia remaja dan usia pendidikan memang karakter anak berbeda-beda, juga karena faktor lingkungan. (Antyka)