Pilkada Mamuju Survei JSI Meleset, Popon : Underdog Effect Mungkin Terjadi

oleh

Mamuju, Inisulbar.com — Pilkada Mamuju Telah usai dengan kemenangan yang pasti dimiliki oleh Pasangan Nomor Urut 01, Sutina Suhardi – Ado Mas’ud yang tampil sebagai Penantang Petahana dengan selisih 6,68 persen setelah melalui akumulasi rekap ditingkat kecamatan.

Sebelumnya, Jaringan Suara Indonesia (JSI) melalui Wakil Direkturnya, Popon merilis data survei JSI yang memenangkan Pasangan Habsi Wahid – Irwan SP Pababari yang berstatus petahana dengan persentase 65,9%, sedangkan penantang Sutinah-Ado kalah diangka 34,1%.

Hasil Pilkada Mamuju Kemudian menempatkan hasil survei tersebut meleset daei perkiraan. Popon saat dihubungi selasa (15/12/2020) mengungkapkan Survei tersebut sudah tepat sesuai kajian data, namun intuisinya menduga Mesin Partai di Kubu Petahana Kurang Maksimal Bekerja.

“Survei itu merupakan snapshot atau rekaman saat survei dilakukan, yaitu pada 21-26 oktober atau 40 hari sebelum hari pemilihan. Pasti akan terjadi ketidaksesuaian apabila mesin politik kandidat tidak berjalan dilapangan, menurut saya itu yang terjadi di Mamuju,” ungkapnya.

“Ini intuisi saya, sebab JSI hanya melakukan survei tidak melakukan pendampingan pemenangan kandidat di Mamuju. Jadi artinya kami tidak memantau day to day situasi yang ada di Mamuju,” tambah Wakil Direktur JSI itu.

Ia mengakui, sebelum merilis data hasil survei JSI di Mamuju, sudah terlebih dahulu melakukan pertemuan dengan Paslon kandidatnya dan menyampaikan bahwa efek dari dirilisnya hasil Survei ada dua yaitu Snowball Effect dan Underdog Effect.

“Dari dirilisnya hasil survei itu menjadi snowball effect lalu kemudian bergulir lalu orang semakin semangat untuk memenangkan habsi-irwan terutama di tim tidak terjadi penurunan speed dan intensitas pergerakan tidak turun. Itu effect pertama,” papar Popon

“Lalu yang kedua, Survei ini menjadi underdog effect di pihak kompetitor yang merasa masih tertinggal, masih harus bekerja keras, sementara di sisi tim Habsi-Irwan mungkin punya psikologis kita sudah menang dan lain-lain. Sehingga yang terjadi di Pilkada Mamuju saat ini ialah Underdog Effect, dan ini sudah saya sampaikan secara gamblang saat saya menyampaikan presentasi di Mamuju,” lanjutnya.

Lebih lanjut ia memaparkan tidak tahu secara detail perkembangan yang terjadi saat Pilkada berlangsung, apakah kedua kandidat sama-sama Fight di Elektoral atau ada anomali atau ada peristiwa yang terjadi 40 hari terakhir.

“Ini sebuah anomali yang tentu harus diukur berdasarkan peristiwa atau kejadian 40 hari terakhir sebelum Pilkada berlangsung. Biasanya survei kami lakukan seminggu menjelang pilkada sehingga dinamisasi pergerakan di lapangan (elektoral,red) kecil mengubah hasil Survei. Tapi kalau 40 hari sebelum pilkada itu masih bisa berubah, masih kadaluwarsa datanya” pungkasnya.