Apa yang Sudah di Beri Ke kalumpang Dalam 5 Tahun Ini ?

oleh

Sejak penemuan Situs Neolitik Bukit Kamassi oleh A.A. Cense pada tahun 1933, dan menyusul penemuan Situs Minanga Sipakko oleh H.R. van Heekeren tahun 1949, menasbihkan Wilayah Kalumpang sebagai Salah Satu Peradaban Tertua di Dunia.

Catatan : Hajrul Malik

Mamuju, Inisulbar.com — Kalumpang menjadi sangat terkenal dan masyur dikalangan arkeolog hingga saat ini, seiring dengan berbagai penemuan artefak kuno berupa peninggalan prasejarah, dimulai dengan eskavasi yang dilakukan A.A. Cense pada Mei 1933 yang memberi arti penting dalam sejarah pertumbuhan kebudayaan prasejarah Indonesia.

Masyarakat Kalumpang Kini, masih kuat memegang adat dan tradisi budaya. Nilai-nilai budaya tercermin didalam perilaku masyarakat dalam berinteraksi. Toleransi yang luar biasa, menjadikan penduduknya sangat elegan dalam membangun interaksi kepada tetamu yang datang.

Segala potensi tersebut, layaknya menjadikan daerah ini sebagai magnet daya tarik tersendiri bagi Mamuju dan Sulawesi Barat. Seperti halnya Tana Toraja yang ada di Sulawesi Selatan yang saat kini menjadi destinasi wisata terkenal di Dunia.

Pemerintah Daerah Mamuju, dalam 5 tahun terakhir masih mewacanakan pengembangan wisata Kalumpang. Kendala utamanya tentu masih hal klasik, infrastruktur transportasi yang tak memadai. Begitupun sarana dan prasarana pendukung pariwisata.

Dalam perjalanan Tim Koalisi Mamuju Keren, pada Agenda Kampanye Pilkada Mamuju. Beberapa wilayah Kalumpang pun disisir. Dari Kalumpang ke KondoBulo lanjut batuisi dan Buallo adalah Napak tilas untuk membangun Mamuju Keren yang langsung di pimpin ibu Sutinah Suhardi yang juga Calon Bupati Mamuju 2021-2026. Pertemuan di desa Karataung menghadirkan 3 desa tetangga lainnya, Desa Lasa, Siraun dan salumakki. Sementara tim lain dipimpin pak Ado Mas’ud selaku calon Wakil Bupati Mamuju menjelajahi desa Sandapang, Karama dan batu makkada. Selasa, (3/11/2020).

Pada satu diskusi bersama ibu-ibu di desa Kondobulo, masyarakat banyak mengeluhkan pemasaran hasil tenun sekomandi diwilayahnya. Mayoritas wanita disana memiliki pekerjaan sampingan sebagai penenun kain Sekomandi.

“Kami ibu-ibu rumah tangga di desa Kondobulo ini sudah banyak menghabiskan waktu untuk menenun kain Sekomandi, tapi setelah jadi kami tidak tahu kemana akan dijual sebab tidak ada tempat pemasarannya,” kata seorang ibu penenun Sekomandi di Desa Kondobulo, Nurun Palupi.

Kain Sekomandi, merupakan kain tenun ikat yang memiliki corak dan pola yang khas, pola atau corak ini digadang-gadang merupakan salah satu corak pola tertua di dunia. Pola desainnya sendiri disebut Sah Hyun Kalanay, yang mulai tersebar ke seluruh Asia dan Oceania sejak abad pertama masehi.

Masyarakat Mamuju sangat akrab dengan tenun Sekomandi, hal ini dikarenakan setiap event daerah kerap memasukkan benda tersebut sebagai aksesoris khas Mamuju. Tapi apakah hal tersebut membuat para penenun kain Sekomandi sejahtera ?? Nampaknya belum.

Perlu ada suatu terobosan dan kebijakan pimpinan daerah untuk menjadikan wilayah ini menjadi destinasi wisata unggulan, dan itu ada dalam visi Mamuju KEREN khususnya visi RAMAH, yaitu mewujudkan MAMUJU daerah beradab dengan mengedepankan pendekatan agama, budaya dan kearifan lokal.

Mimpi tentang kalumpang adalah mimpi kita semua, Kalumpang butuh infrastruktur khususnya akses jalan dan jembatan, pemenuhan kebutuhan dasar Pendidikan dan kesehatan, serta pemberdayaan bidang pertanian.

Komitmen pemimpin peduli dan tekad yang kuat membaja adalah syarat utama membawa Kalumpang segera keluar dari ketertinggalan dan sejajar dengan 6 kecamatan tua lainnya di MAMUJU (kecamatan Mamuju, kalukku, Budong budong, Pasangkayu, Tapalang dan Kalumpang).

Hanya pemimpin pemikul BEBAN yang boleh membawa KALUMPANG menjadi KEREN.